Palembang, Beritasriwijaya.com — Sumber daya alam batubara di Sumatera Selatan (Sumsel) telah lama menjadi tulang punggung ekonomi daerah. Namun, seiring dengan meningkatnya aktivitas pertambangan, masalah lingkungan hidup dan keadilan ekonomi bagi masyarakat mulai menjadi sorotan. Salah satu dampak yang paling dirasakan adalah ketimpangan antara keuntungan yang diperoleh dari sektor pertambangan dan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat sekitar.
Untuk membahas hal ini secara lebih mendalam, RMOLSumsel Research and Development menggelar diskusi bertajuk “Dampak Aktivitas Pertambangan di Sumsel dalam Perspektif Lingkungan Hidup dan Keadilan Ekonomi” yang berlangsung di Grand Inna Daira Palembang, pada Minggu (5/6). Diskusi ini melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, akademisi, pegiat lingkungan, dan mahasiswa, untuk mencari solusi terbaik yang dapat diambil dalam menghadapi masalah tersebut.
Dalam diskusi ini, hadir Kepala Dinas ESDM Sumsel, Hendriansyah, dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (LHP), Edward Chandra, yang diwakili oleh Kabid Gakkum, Paur Mitra Subbid Penmas Bidhumas Polda Sumsel, serta Yulkar Pramilus yang memaparkan upaya dari pemerintah dalam menegakkan regulasi dan menjaga keseimbangan antara aktivitas pertambangan dengan perlindungan lingkungan.
“Sebagai pemerintah, kami telah berkomitmen untuk melakukan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Perda mengenai Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sudah disusun bersama DPRD Sumsel,” ungkap Yulkar. Sementara itu, Ir Holda, MSi, Ketua Komisi IV DPRD Sumsel, menyatakan bahwa pihaknya akan terbuka terhadap masukan dan akan mengawal proses ini hingga tuntas. “Kami akan terus bekerja sama dengan masyarakat, akademisi, dan media untuk memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan benar-benar mendukung kepentingan rakyat,” tambahnya.
Diskusi ini juga mengundang perhatian dari aktivis HAM dan pegiat lingkungan, Harris Azhar, yang hadir secara virtual. Harris menekankan pentingnya audit lingkungan yang transparan untuk memastikan tidak ada pihak yang merugikan masyarakat. “Pemprov Sumsel harus berani mengajak semua pihak untuk melakukan audit lingkungan yang terbuka, sebagai langkah awal untuk memperbaiki kerusakan yang telah terjadi,” ujarnya.
Selain itu, Ari Wibowo, akademisi dari Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, memaparkan bahwa kejahatan lingkungan sering kali dilakukan oleh korporasi besar yang memperoleh keuntungan sangat besar dari aktivitas pertambangan. “Korporasi harus bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan, baik terhadap lingkungan maupun masyarakat sekitar,” tegas Ari.
Dalam diskusi ini, juga dibahas dampak langsung terhadap lingkungan, salah satunya adalah Sungai Enim yang saat ini sudah sangat tercemar akibat aktivitas pertambangan. Assoc. Prof. Dato’ Achmad Syarifuddin, yang telah melakukan penelitian di kawasan Sungai Enim, menyatakan bahwa pencemaran di sungai tersebut memengaruhi kualitas air yang mengalir hingga ke Sungai Musi, yang menjadi sumber kehidupan bagi warga Palembang. “Kami di hilir juga merasakan dampaknya, sehingga kita perlu bekerja sama untuk mengatasi masalah ini,” ujar Sultan Mahmud Badaruddin IV, Raden Muhammad Fauwaz Diradja.
Tak hanya diskusi yang dihadirkan, sebuah film dokumenter yang dibuat oleh mahasiswa magang dari UIN Raden Fatah Palembang turut ditayangkan dalam acara tersebut. Mahasiswa tersebut, antara lain Juan Muliawan, Jona Agung, Roesy Salsadila, Suci, Keysa, Fajri Wiratmansyah, dan Reni, berhasil mendokumentasikan dampak dari aktivitas pertambangan di Sumsel dan menjadi bagian dari upaya untuk memperkenalkan masalah ini kepada khalayak luas.
Fajar Wiko, Wakil Pimpinan Redaksi RMOLSumsel, menambahkan bahwa forum diskusi ini merupakan upaya nyata dari kantor berita RMOLSumsel untuk tidak hanya mengakomodir kebutuhan informasi, tetapi juga menciptakan ruang untuk diskusi yang konstruktif. “Diskusi ini menjadi bagian dari komitmen kami untuk mengisi ruang kosong dialektika dalam masyarakat dan mendorong pemikiran yang lebih maju bagi masa depan Sumsel,” ujarnya.
Diskusi yang berlangsung penuh antusiasme ini akan dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan selanjutnya guna membahas langkah konkret yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah dampak lingkungan dan keadilan ekonomi terkait sektor pertambangan di Sumsel.