Langkah Digital dari Desa Tanjung Gelam: Mahasiswa KKN UIN Raden Fatah Kenalkan QRIS, Literasi Keuangan dan Cinta Rupiah

Foto Mahasiswa KKN Angkatan 83 UIN Raden Fatah Palembang Kelompok 32 sedang sosialisasi bersama warga dan perangkat Desa Tanjung Gelam, bertema “Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Digitalisasi Ekonomi Lokal”, Sabtu (12/7/2025).

OGAN ILIR, Beritasriwijaya.com – Semangat transformasi digital kini menjalar hingga pelosok desa. Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Angkatan 83 dari Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang yang tergabung dalam Kelompok 32 Desa Tanjung Gelam, sukses menggelar kegiatan edukatif bertajuk “Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Digitalisasi Ekonomi Lokal”. Kegiatan ini digelar pada Sabtu, 12 Juli 2025, pukul 13.30 WIB, bertempat di Gedung Polindes Desa Tanjung Gelam, Kecamatan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir.

Program ini memperkenalkan tiga materi utama yang relevan dengan dinamika ekonomi masyarakat desa di era digital: QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), Perlindungan Konsumen, serta Gerakan Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah (CBP Rupiah) dari Bank Indonesia.

Bacaan Lainnya

Literasi Digital Masuk Desa: QRIS Jadi Titik Awal

QRIS menjadi sorotan utama dalam kegiatan ini. Sistem pembayaran berbasis QR code ini dipandang sebagai solusi pembayaran nontunai yang cepat, efisien, dan aman. Mahasiswa KKN memperkenalkan konsep serta praktik penggunaan QRIS kepada para pelaku UMKM lokal yang selama ini masih mengandalkan transaksi konvensional.

M. Khairul Saputra (26), salah satu warga yang mengikuti sosialisasi, menyebutkan bahwa potensi UMKM Desa Tanjung Gelam sangat besar, terutama di sektor kuliner seperti semprong, kemplang, seblak, semangka, dan bakso. Namun, ia menyadari bahwa para pelaku UMKM masih kurang familiar dengan teknologi digital.

“Di sini banyak UMKM, terutama pengrajin makanan khas. Tapi mereka kebanyakan belum paham QRIS, apalagi yang tua-tua. Dengan program ini, harapannya bisa bantu mereka beradaptasi,” jelas Khairul.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak pelaku usaha lokal, terutama dari kalangan lansia, yang belum memiliki smartphone, sehingga belum bisa langsung mendaftar QRIS.

Arisiya (22), Fasilitator Desa, mengakui bahwa keterbatasan teknologi dan literasi digital di kalangan warga menjadi tantangan besar. Namun, ia mengapresiasi upaya mahasiswa untuk tetap melanjutkan program edukasi ini dengan cara-cara yang komunikatif.

“Memang belum semuanya siap, apalagi ibu-ibu yang sudah tua. Tapi kalau dijelaskan pelan-pelan, pasti mereka lama-lama bisa mengerti,” ujar Arisiya.

Perlindungan Konsumen: Warga Diajak Lebih Cerdas

Selain pengenalan sistem pembayaran digital, mahasiswa KKN juga menyampaikan materi tentang perlindungan konsumen. Edukasi ini mengajak masyarakat agar lebih waspada dan cerdas dalam bertransaksi, terutama di ranah digital yang rawan penipuan dan penyalahgunaan data pribadi.

Warga diberikan pemahaman tentang hak-hak konsumen, seperti hak atas informasi yang jelas, hak untuk memilih produk dan jasa, hingga hak atas keamanan dalam bertransaksi. Selain itu, mereka juga diajarkan cara mengenali layanan keuangan ilegal serta melindungi data pribadi dari potensi kebocoran di era digital.

CBP Rupiah: Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah

Di akhir sesi, mahasiswa mengajak masyarakat untuk mendalami nilai-nilai kebangsaan melalui Gerakan Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah (CBP Rupiah). Masyarakat diajak melihat rupiah tidak sekadar sebagai alat pembayaran, tetapi sebagai simbol kedaulatan ekonomi nasional.

Gerakan ini membawa tiga pesan utama:

  • Cinta Rupiah dengan memperlakukan uang secara bijak dan tidak merusak fisik uang,

  • Bangga Rupiah dengan menggunakannya dalam setiap transaksi di dalam negeri,

  • Paham Rupiah dengan memahami fungsinya dalam menjaga stabilitas ekonomi negara.

Komitmen Mahasiswa: Edukasi yang Inklusif dan Berkelanjutan

Meskipun menemui beberapa kendala di lapangan, mahasiswa KKN UIN Raden Fatah tetap berkomitmen untuk menuntaskan program ini dengan pendekatan edukatif dan humanis. Mereka melakukan pendekatan dari rumah ke rumah, menjelaskan manfaat QRIS dengan bahasa yang sederhana, dan membuka layanan konsultasi bagi pelaku UMKM yang ingin belajar lebih dalam.

Langkah kecil ini menjadi fondasi penting dalam membangun ekonomi desa yang tangguh, adaptif, dan berdaya saing tinggi. Sosialisasi ini tidak hanya sebatas program kerja KKN, tetapi juga sebagai upaya nyata untuk mewujudkan desa digital yang inklusif dan mandiri.

Penulis : Chairunisya Adinda Salsabillah / Mhs UIN Raden Fatah Palembang

Pos terkait