PALEMBANG, Beritasriwijaya.com – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) 83 Kelompok 60 UIN Raden Fatah Palembang. Bank Indonesia (BI) bukan sekadar lembaga pencetak uang. Sebagai bank sentral Republik Indonesia, BI memegang peranan vital dalam menjaga stabilitas moneter, sistem pembayaran, dan stabilitas sistem keuangan nasional. Salah satu wujud nyata perannya dalam memperkuat ketahanan ekonomi nasional adalah melalui program edukatif Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah (CBPR). Jumat (08/08/2025).
Program ini diluncurkan sebagai respons terhadap rendahnya literasi masyarakat terkait fungsi, makna, dan pentingnya Rupiah sebagai simbol kedaulatan bangsa. Di era digital dan globalisasi saat ini, ancaman terhadap penggunaan mata uang asing dan maraknya transaksi tanpa memahami nilai uang sendiri menjadi perhatian serius.
Apa itu CBPR?
CBPR merupakan inisiatif dari Bank Indonesia yang terdiri dari tiga pilar utama: Cinta Rupiah, Bangga Rupiah, dan Paham Rupiah. Ketiganya dirancang untuk memperkuat kesadaran kolektif masyarakat terhadap Rupiah, baik dari sisi fisik, nilai, maupun fungsinya dalam perekonomian nasional.
Cinta Rupiah adalah gerakan untuk menjaga dan merawat fisik uang. BI mencatat banyak masyarakat yang masih melipat, mencoret, bahkan men-stapler uang, yang secara tidak langsung merusak simbol negara. Gerakan ini mendorong masyarakat agar memperlakukan uang dengan layak, termasuk mengganti uang rusak di kantor-kantor perwakilan BI secara gratis.
Bangga Rupiah menekankan bahwa Rupiah bukan sekadar alat transaksi, tetapi juga lambang identitas nasional. Setiap lembar uang memuat gambar pahlawan, kekayaan budaya, dan identitas geografis Indonesia. CBPR ingin menumbuhkan rasa bangga bahwa Rupiah mencerminkan jati diri bangsa yang beragam namun bersatu.
Paham Rupiah mengajak masyarakat memahami fungsi uang dan mengelola keuangan dengan bijak. Ini mencakup pemahaman tentang inflasi, nilai tukar, hingga pentingnya menabung dan tidak konsumtif. Edukasi ini juga membantu masyarakat agar lebih tahan terhadap dampak ekonomi global dan lebih bijak dalam mengambil keputusan finansial.
Mengapa CBPR Penting?
Literasi keuangan di Indonesia masih tergolong rendah. Berdasarkan survei OJK tahun 2022, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia baru mencapai 49,68%. Kondisi ini membuat masyarakat rentan terhadap penipuan keuangan, terjebak utang, atau terlalu konsumtif. Di sisi lain, maraknya penggunaan mata uang asing (seperti dolar AS) dalam beberapa sektor, khususnya pariwisata dan perdagangan internasional, juga menjadi tantangan tersendiri. BI mendorong penggunaan Rupiah dalam seluruh transaksi domestik sebagai bentuk menjaga kedaulatan ekonomi. CBPR hadir untuk menjembatani kesenjangan pemahaman ini, terutama di kalangan generasi muda, pelaku UMKM, dan masyarakat desa yang selama ini belum banyak tersentuh edukasi moneter.
Peran BI dalam Edukasi Nasional
Sebagai lembaga negara independen, Bank Indonesia tidak hanya bertugas menetapkan suku bunga acuan atau mengatur peredaran uang. BI juga aktif dalam kegiatan edukatif melalui berbagai program:
- Sekolah Pasar Modal dan Sekolah Rupiah
- Program BI Mengajar ke sekolah dan kampus
- Distribusi uang layak edar dan penukaran uang rusak
- Sosialisasi QRIS dan sistem pembayaran digital
Melalui Kantor Perwakilan di berbagai provinsi, BI juga menggandeng lembaga pendidikan dan komunitas untuk menyosialisasikan CBPR secara masif, termasuk melalui media digital dan komunitas mahasiswa seperti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Menuju Ekonomi yang Mandiri dan Tangguh
Di tengah laju digitalisasi, BI juga memperluas makna CBPR dalam konteks ekonomi digital. Saat masyarakat mulai terbiasa bertransaksi tanpa uang tunai, makna mencintai dan memahami Rupiah perlu ditanamkan secara kontekstual. BI mendorong penggunaan instrumen digital seperti QRIS, tetapi tetap dalam denominasi Rupiah. Dengan mencintai, bangga, dan paham Rupiah, masyarakat Indonesia diajak menjadi bagian dari penguatan ekonomi nasional. CBPR bukan sekadar slogan, tapi ajakan aktif untuk menjaga martabat bangsa melalui kesadaran finansial dan perilaku ekonomi yang bijak.
Penulis : Niken ayu cahyani / Mhs UIN Raden Fatah Palembang