Palembang, Beritasriwijaya.com — Istilah gaul baru kembali mencuri perhatian warganet, terutama di TikTok. “Yapping” yang awalnya bermakna negatif sebagai sebutan untuk orang yang terlalu banyak bicara tanpa isi, kini justru diadopsi sebagai label unik, bahkan menjadi bentuk kebanggaan bagi sebagian pengguna media sosial. Perubahan makna ini membuat “yapping” bukan hanya sekadar ocehan, tapi juga bagian dari tren komunikasi anak muda.
Apa Itu ‘Yapping’?
Secara tradisional, “yapping” diartikan sebagai berbicara terus-menerus mengenai hal-hal yang dianggap sepele atau kurang penting. Istilah ini kerap dikaitkan dengan suara cerewet yang mirip gonggongan anjing kecil, sehingga memiliki konotasi kurang menyenangkan.
Namun, di era TikTok, makna ini bergeser. “Yapping” kini juga digunakan untuk menggambarkan karakter periang, komunikatif, dan penuh energi. Banyak kreator justru bangga disebut “yapper” karena merasa hal tersebut mencerminkan kepribadian mereka yang supel dan menghibur audiens.
Asal-Usul Kata ‘Yapping’
Kata “yap” sudah digunakan sejak 1600-an untuk menggambarkan suara gonggongan cepat dan melengking dari anjing kecil seperti Chihuahua atau Dachshund. Pada tahun 1886, arti kata ini meluas menjadi “mengobrol kosong” yang ditujukan kepada manusia.
Istilah “yapping” juga pernah populer di musik rap era 1990–2000-an, terutama dalam bahasa sehari-hari African American Vernacular English (AAVE). Baru pada pertengahan 2023, “yapping” kembali mencuat di TikTok sebagai slang yang sering digunakan dalam konteks bercanda, menggoda, atau bahkan memuji.
Pergeseran Makna di TikTok
Di TikTok, “yapping” tidak lagi hanya soal membicarakan hal tak penting. Istilah ini sering dipakai sebagai pujian bagi mereka yang pandai bercerita, bisa menghidupkan suasana, atau membuat obrolan jadi seru.
Contoh penggunaan positif di media sosial:
“I love to yap!” (Aku suka sekali mengoceh!)
“Yapping with my friends is my favorite hobby!” (Mengobrol tanpa henti dengan teman-temanku adalah hobi favoritku!)
Bahkan ada ungkapan lucu seperti, “Every yapper gf needs a listener bf” (Setiap pacar yang suka mengoceh butuh pacar yang suka mendengarkan).
Contoh Penggunaan dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam percakapan offline, “yapping” masih sering bernada negatif, misalnya: “She keeps yapping and I just want to get away” (Dia terus mengoceh dan aku ingin pergi).
Namun, di media sosial, konteksnya bisa berbalik menjadi lelucon atau tanda keakraban. Banyak kreator memanfaatkan “yapping” sebagai konten hiburan, obrolan santai, bahkan sebagai ciri khas personal brand mereka.