BANYUASIN, Beritasriwijaya.com — Kondisi Jembatan Tanah Kering Kecamatan Pulau Rimau Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel) kini semakin memprihatinkan.
Jembatan yang sudah tua dan rusak parah itu, jika tak segera diperbaiki, membuat nyawa masyarakat di Kecamatan Pulau Rimau dan Kecamatan Selat Penuguan terancam.
Bagaimana tidak, tak ada lagi akses yang bisa dilalui masyarakat di dua kecamatan tersebut, selain melintasi jembatan ekstrem itu.
Demi keselamatan bersama, hampir setiap hari warga setempat melakukan aksi gotong-royong perbaikan jembatan, tanpa ada uluran tangan dari pemerintah setempat.
“Ini inisiatif kita, tak ada bantuan dari pemerintah, semua alat kebutuhan untuk perbaikan kita beli sendiri, terkecuali mesin las yang dipinjamkan oleh pihak perusahaan,” ujar Ketua RT setempat, Ahmat Tamrin.
Pantauan wartawan, Minggu (4/5/2025), puluhan warga setempat bergotong-royong memperbaiki jembatan dengan cara mengelas besi-besi jembatan yang lepas dari beton penyangga jembatan.
Dan berusaha menutupi titik-titik jembatan yang bolong menggunakan patahan besi dan kayu.
Saat proses perbaikan, puluhan mobil dan sepeda motor terpaksa menunggu hingga perbaikan selesai, selanjutnya satu per satu kendaraan melintas dengan dipandu warga.
“Perbaikan ini paling lama bertahan 2 hari, tapi kalau banyak mobil muatan yang lewat, siang diperbaiki malamnya sudah rusak lagi,” kata RT Ahmat Tamrin.
Bahkan, demi memperbaiki jembatan ini, salah satu warga berani mempertaruhkan nyawanya turun ke sungai mengambil patahan besi jembatan yang jatuh untuk dipasang lagi.
“Padahal sungai di jembatan Tanah Kering ini terkenal banyak buayanya,” ujar RT.
Lantaran urgensi dan alat perbaikan yang tak memadai, warga juga berani mengelas besi sambil bergelantungan di bawah beton penyangga jembatan tanpa Alat Pelindung Diri (APD).
Dikatakan warga lainnya, meski Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Banyuasin telah menjanjikan perbaikan jembatan di bulan ini dengan anggaran Rp6 miliar dan akan membangun jembatan baru dengan anggaran Rp30 miliar, namun hal itu belum membuat warga tenang.
“Karena jembatan ini yang setiap hari kami lalui untuk mencari makan, anak-anak sekolah semuanya lewat sini. Jika ada korban jatuh, siapa yang akan bertanggung jawab?” bebernya.
“Seharusnya mereka turun langsung ke lapangan, melihat seperti apa kondisi kami, dan secepatnya melakukan aksi nyata,” tandasnya. (ydp)