BANYUASIN – Udang kering menjadi salah satu ciri khas kuliner Kabupaten Banyuasin, khususnya di Kecamatan Sungsang. Produk olahan hasil laut ini banyak digeluti masyarakat sebagai usaha UMKM pribadi, dengan mengandalkan hasil tangkapan nelayan yang kemudian dijual kepada para pengepul.
Proses pengolahan udang kering umumnya dilakukan oleh para ibu-ibu rumah tangga yang mencari upahan dari pekerjaan menjemur udang. Dari usaha ini, rata-rata mereka hanya memperoleh pendapatan Rp50 ribu hingga Rp100 ribu per hari.
Namun, usaha tradisional tersebut masih menghadapi kendala besar, terutama saat musim hujan. Tanpa teriknya matahari, udang tidak bisa dijemur sehingga produksi terhenti dan penghasilan menurun drastis. Akibatnya, berbagai olahan makanan berbahan dasar udang—seperti kerupuk udang—juga ikut terhambat karena kekurangan pasokan bahan baku.
“Kami berharap ada uluran tangan dari pemerintah, setidaknya bantuan mesin penjemur udang, supaya usaha ini bisa terus berjalan meskipun musim hujan,” ungkap salah satu pelaku UMKM di Sungsang.
Hingga kini, para pelaku UMKM udang kering di Kecamatan Sungsang mengaku belum pernah menerima bantuan atau perhatian serius dari pemerintah daerah. Padahal, udang kering maupun produk turunannya seperti kerupuk udang, sudah menjadi ciri khas makanan Banyuasin yang berpotensi besar mendongkrak ekonomi masyarakat pesisir. (ydp)