Jakarta, Beritasriwijaya.com — 1 Syuro, atau 1 Muharram, merupakan salah satu hari yang penting dalam kalender Islam, khususnya bagi umat Muslim di Indonesia. Perayaan tahun baru Hijriah ini bukan hanya sekadar pergantian tahun, tetapi juga menjadi momen refleksi diri dan mempererat tali persaudaraan antar sesama umat. Bagi banyak kalangan, 1 Syuro juga memiliki makna yang mendalam dalam memperkuat komitmen terhadap ajaran Islam, sambil menatap tahun yang baru dengan harapan dan doa yang lebih baik.
Di Indonesia, tradisi 1 Syuro seringkali dikaitkan dengan berbagai acara budaya dan spiritual yang mengandung nilai kebersamaan. Beberapa daerah, seperti Solo, Yogyakarta, hingga Palembang, sering kali mengadakan acara yang menggabungkan unsur keagamaan dan kebudayaan lokal. Salah satu yang cukup dikenal adalah Perayaan 1 Syuro di Ponpes Al-Falah yang mengadakan pengajian, zikir bersama, serta kegiatan sosial untuk membantu sesama. Masyarakat setempat sering kali memanfaatkan momen ini untuk berdialog dan berbagi harapan bagi kemajuan pribadi dan masyarakat.
Perayaan 1 Syuro juga memiliki makna yang lebih dalam dalam konteks sejarah Islam, terutama bagi umat yang mengenang peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Di berbagai daerah, beberapa kegiatan juga mengadakan selamatan atau tasyakuran, sebagai bentuk syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Selain itu, bagi sebagian umat, 1 Syuro menjadi ajang untuk memperbaharui semangat dalam menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih baik dan penuh pengharapan.
Momen ini juga berfungsi sebagai titik balik untuk melakukan introspeksi, apakah selama setahun terakhir, kita sudah menjalankan ajaran agama dengan baik, serta seberapa besar kita telah memberikan kontribusi untuk kemajuan umat dan masyarakat. Dengan semakin berkembangnya budaya dan tradisi lokal, banyak yang berharap bahwa makna dari 1 Syuro akan tetap dilestarikan dan bisa memberi dampak positif bagi kehidupan sosial dan spiritual umat Islam di Indonesia.(iik)