OGAN ILIR, Beritasriwijaya.com – Ratusan siswa SMKN 1 Indralaya Selatan menggelar aksi mogok belajar dan demonstrasi di halaman sekolah yang berlokasi di Jalan Raya Tanah Tinggi, Meranjat I, Kecamatan Indralaya Selatan, Kabupaten Ogan Ilir, Senin (6/10/2025).
Aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk kekecewaan siswa terhadap pihak sekolah yang dinilai gagal memberikan kejelasan terkait paket seragam sekolah. Padahal, setiap siswa telah menyetorkan uang sebesar Rp1,8 juta sejak satu tahun lalu, namun hingga kini seragam tersebut tak kunjung dibagikan.
“Kami sudah menunggu lama, tapi seragam tidak juga datang. Padahal uang sudah kami serahkan,” ungkap salah seorang siswa saat aksi berlangsung.
Selain masalah seragam, para siswa juga menuntut agar Kepala Sekolah, Eddy Dharmansyah, dicopot dari jabatannya. Mereka memberikan tenggat waktu hingga Kamis, 9 Oktober 2025, kepada pihak sekolah maupun Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan untuk menindaklanjuti tuntutan tersebut.
Menurut para siswa, sejak kepemimpinan Eddy Dharmansyah, SMKN 1 Indralaya Selatan justru kerap dilanda berbagai permasalahan internal. Hal ini berbeda jauh dengan era kepemimpinan sebelumnya, Drs. Jon Hery, M.Pd., yang selama 12 tahun menjabat dinilai mampu membawa sekolah berprestasi di tingkat nasional serta menekankan pada kemajuan mutu pendidikan.
Pihak sekolah melalui Kepala Sekolah Eddy Dharmansyah telah memberikan klarifikasi. Ia berjanji bahwa seragam yang ditunggu siswa akan segera diberikan. Namun, janji tersebut belum meredam kekecewaan para siswa yang sudah terlanjur hilang kepercayaan.
Selain itu, catatan masalah lain yang pernah mencuat adalah pengangkatan salah seorang pengelola kantin menjadi PPPK paruh waktu, yang juga menuai sorotan dari warga sekolah.
Opini: Masalah Administrasi dan Logistik di Dunia Pendidikan
Permasalahan yang terjadi di SMKN 1 Indralaya Selatan sesungguhnya menggambarkan kelemahan serius dalam tata kelola administrasi dan logistik pendidikan. Dana yang telah dihimpun dari siswa seharusnya dikelola dengan transparan, dengan laporan keuangan yang bisa dipertanggungjawabkan. Keterlambatan distribusi seragam bukan hanya masalah kecil, melainkan cerminan manajemen yang lemah.
Jika administrasi dan logistik sekolah berjalan buruk, dampaknya langsung dirasakan siswa, baik dalam hal kebutuhan dasar seperti seragam, hingga kualitas kegiatan belajar. Kepercayaan publik terhadap lembaga pendidikan juga bisa merosot.
Oleh karena itu, diperlukan evaluasi menyeluruh terhadap mekanisme pengelolaan dana dan distribusi barang di sekolah, serta peningkatan pengawasan dari Dinas Pendidikan agar kasus serupa tidak terulang. (ydp)