“Bapak AI” Geoffrey Hinton Peringatkan: Kecerdasan Buatan Bisa Kembangkan Bahasa Sendiri, Melebihi Akal Manusia

Geoffrey Hinton kembali mengingatkan dunia tentang potensi bahaya AI yang berkembang pesat dan kemungkinan menciptakan bahasa yang tidak bisa dipahami manusia, Senin (4/8/2025).

Palembang, Beritasriwijaya.com — Geoffrey Hinton, ilmuwan visioner yang dijuluki sebagai “Godfather of AI” atau “Bapak Kecerdasan Buatan”, kembali menyuarakan peringatannya terkait bahaya yang mungkin timbul dari perkembangan AI yang semakin pesat dan tak terkendali.

Dalam sebuah wawancara dalam podcast One Decision, Hinton mengungkapkan kekhawatiran terbesarnya: bahwa sistem AI canggih saat ini bisa segera menciptakan bahasa mereka sendiri—yang bukan hanya asing, tapi bahkan tidak bisa dipahami oleh manusia, termasuk oleh para penciptanya sendiri.

Bacaan Lainnya

“Saat ini sistem AI masih berpikir menggunakan bahasa Inggris dalam proses yang disebut chain of thought reasoning. Ini memungkinkan kita mengikuti dan memahami alur logika mereka,” kata Hinton.
“Tapi akan jadi sangat menakutkan ketika mereka mulai berpikir dalam bahasa yang mereka ciptakan sendiri.”

Menurut Hinton, jika AI benar-benar mulai berkomunikasi menggunakan sistem bahasa yang hanya mereka pahami, manusia akan benar-benar kehilangan kendali terhadap teknologi ini. Hal ini bisa membawa lompatan besar menuju sistem yang bekerja secara tertutup dan berpotensi melampaui batas kendali etika, hukum, maupun keamanan.

Hinton, yang meraih Penghargaan Nobel Fisika pada 2024 atas kontribusinya terhadap pengembangan deep learning, menyebut bahwa kecemasan ini datang terlambat dalam kariernya. Ia mengaku menyesal karena tak menyadari lebih dini potensi ancaman dari teknologi yang turut ia bangun.

“Saya selalu mengira masa depan itu masih jauh, dan ternyata saya keliru. Saya berharap dulu bisa lebih cepat menyadari risiko-risikonya,” ujarnya dengan nada penyesalan.

Dalam wawancara terpisah bersama BBC News, Hinton juga menjelaskan bagaimana AI memiliki kemampuan pembelajaran kolektif yang jauh lebih cepat dibandingkan manusia. Jika satu sistem AI belajar sesuatu, ribuan atau bahkan jutaan lainnya bisa langsung mendapatkan pengetahuan itu dalam waktu sekejap—sebuah hal yang mustahil bagi otak manusia.

“Bayangkan jika 10.000 orang belajar satu hal secara bersamaan dan seluruhnya langsung menguasainya. Itulah kekuatan AI.”

Menurutnya, dalam hal pengetahuan umum, AI seperti GPT-4 bahkan sudah melampaui manusia. Hanya kemampuan bernalar yang masih menjadi keunggulan manusia—meski jaraknya semakin menyempit.

Panggilan untuk Dunia Teknologi: Jangan Abaikan Risiko!

Hinton juga menyampaikan bahwa banyak tokoh penting di industri teknologi saat ini memilih untuk meremehkan risiko kecerdasan buatan. Mereka menyembunyikan kekhawatiran pribadi dan tidak membukanya ke publik. Hanya sedikit pihak yang benar-benar vokal soal bahaya ini, salah satunya CEO Google DeepMind, Demis Hassabis, yang menurut Hinton memiliki kepedulian mendalam terhadap keamanan AI.

Mengenai pengunduran dirinya dari Google pada 2023, Hinton menekankan bahwa langkah tersebut bukan bentuk protes, melainkan pilihan pribadi karena usia.

“Saya sudah 75 tahun. Saya tidak bisa lagi menulis kode dengan efektif. Tapi setelah keluar, saya bisa lebih bebas berbicara tentang hal-hal yang selama ini saya pendam,” jelasnya.

Meski banyak negara telah mulai mengambil langkah, seperti peluncuran “Rencana Aksi AI” oleh pemerintah AS, Hinton percaya bahwa regulasi saja tidak cukup. Tantangan terbesar justru adalah menciptakan sistem AI yang dijamin “berperilaku baik”, sesuatu yang belum tentu bisa dipastikan jika sistem tersebut sudah melampaui pemahaman manusia.

Pos terkait