Beritasriwijaya.com, Ogan Ilir — Kegiatan observasi lapangan yang dilakukan mahasiswa di Desa Tebing Gerinting Utara membuka gambaran baru mengenai potensi ekonomi masyarakat melalui UMKM kemplang. Selain menjadi sumber penghasilan warga, usaha ini dinilai memiliki peluang besar untuk berkembang menjadi produk unggulan desa, meski masih menghadapi berbagai hambatan teknis maupun pemasaran.
Potret UMKM Kemplang sebagai Sumber Ekonomi Warga
Mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi di Sumatera Selatan melakukan observasi langsung ke rumah produksi kemplang yang dikelola warga Desa Tebing Gerinting Utara, Kecamatan Indralaya Selatan. Kunjungan ini bertujuan menggali proses kerja, tantangan harian, serta peluang usaha yang dapat dikembangkan melalui produk pangan khas daerah tersebut.
Setibanya di lokasi, rombongan mahasiswa disambut hangat oleh pelaku UMKM setempat yang memperlihatkan setiap tahapan pembuatan kemplang. Mulai dari pemilihan ikan segar, pengolahan adonan, proses perebusan, pencetakan, pengirisan, hingga penjemuran yang berlangsung di halaman rumah warga. Meski alat yang digunakan terbilang sederhana, aktivitas produksi tetap berjalan konsisten dan menjadi sumber nafkah utama bagi keluarga pelaku UMKM.
Proses Produksi Tradisional yang Perlu Dukungan Teknologi
Berdasarkan hasil wawancara, mahasiswa menemukan bahwa proses penjemuran kemplang masih bergantung penuh pada kondisi cuaca. Ketika hujan atau mendung berkepanjangan, produksi menjadi terhambat dan kualitas produk rentan menurun. Selain itu, kapasitas alat penggiling dan pencetak yang terbatas menyebabkan jumlah produksi tidak dapat ditingkatkan secara cepat.
Kurangnya inovasi pada desain kemasan serta belum optimalnya pemasaran digital juga menjadi kendala utama UMKM ini untuk bersaing dengan produk serupa dari daerah lain. Padahal, permintaan pasar terhadap kemplang cukup tinggi, baik di tingkat lokal maupun luar daerah.
Pandangan Mahasiswa tentang Pemberdayaan UMKM
Salah satu mahasiswa menyampaikan bahwa kegiatan observasi ini memberi perspektif baru tentang pentingnya penguatan UMKM desa. Melalui pendampingan terarah, usaha kemplang dapat berkembang lebih maju.
“Di sini kami melihat potensi besar yang belum tergarap maksimal. Jika ada pelatihan manajemen usaha, inovasi kemasan, serta pemanfaatan pemasaran digital, UMKM kemplang bisa menjadi produk ikon desa yang bernilai jual tinggi,” ujarnya.
Mahasiswa berharap data observasi ini dapat digunakan sebagai rujukan penyusunan program pemberdayaan masyarakat di masa mendatang.
Harapan dan Rencana Pengembangan Ke Depan
Pemerintah desa disebut telah memberikan beberapa bentuk pendampingan awal, seperti pelatihan dasar dan fasilitasi administrasi usaha. Namun, warga masih membutuhkan bantuan peralatan produksi, peningkatan kualitas kemasan, dan pelatihan digital marketing untuk memperluas pasar.

Kegiatan observasi ditutup dengan diskusi antara mahasiswa dan pelaku UMKM mengenai peluang kolaborasi ke depannya. Diharapkan, keberadaan UMKM kemplang di Desa Tebing Gerinting Utara mampu memberi dampak ekonomi yang lebih besar bagi warga serta menjadi contoh sukses pemberdayaan berbasis potensi lokal.









