Beritasriwijaya.com , Palembang – Aksi besar-besaran mahasiswa di Palembang pada Senin (1/9/2025) ternyata tidak berjalan seragam. Massa yang awalnya dikira akan bersatu di bawah satu komando, justru terpecah menjadi tiga kelompok dengan posisi berbeda di sekitar Gedung DPRD Sumsel. Kondisi ini membuat jalannya aksi terlihat timpang dan sempat menimbulkan kebingungan di lapangan.
Massa Terbagi di Tiga Titik Strategis
Pantauan di lokasi menunjukkan, kelompok mahasiswa dari Universitas PGRI dan IBA memilih berada di dalam halaman Gedung DPRD Sumsel. Sementara itu, kelompok Cipayung Plus menempati barisan tepat di depan pagar besi gedung DPRD. Adapun kekuatan besar BEM Sumsel (BEM SS) dan BEM Nasional (BEMNUS) berkumpul di ruas Jalan POM IX Palembang.
Terpecahnya massa membuat jalannya orasi tidak terpusat. Tiga mobil komando dari masing-masing kelompok tampak berdiri sendiri-sendiri, menimbulkan kesan massa tidak kompak.
“Hal Biasa di Organisasi,” Kata Mantan Presma UNSRI
Dikonfirmasi terkait fenomena ini, mantan Presiden Mahasiswa (Presma) UNSRI, Juan Aqshal, menyebutkan bahwa perpecahan komando semacam ini sudah biasa terjadi di lingkungan organisasi kampus.
“Biasa itu dalam organisasi yang memang dibuat oleh teman-teman sendiri,” kata Juan saat ditemui di lokasi.
Ia menegaskan bahwa perbedaan posisi dalam aksi bukan berarti perpecahan tujuan. Menurutnya, semangat utama mahasiswa tetap sama, hanya cara penyampaiannya yang berbeda.
PGRI dan IBA Pilih Istirahat, Orasi Terpusat di Luar Pagar
Meski aksi berlangsung panas, massa mahasiswa dari PGRI dan IBA yang sudah berada di dalam halaman DPRD justru memilih duduk beristirahat. Mereka tidak melakukan orasi, berbeda dengan massa di luar pagar yang terus menggelar aksi.
Suara lantang dan orasi berapi-api justru menggema di luar pagar besi Gedung DPRD, dipimpin oleh Cipayung Plus. Meski demikian, upaya mereka untuk menerobos pagar tidak berhasil karena pagar kokoh dan dijaga ketat aparat.
Aparat Perketat Pengamanan, Brimob Disiagakan
Kondisi di lapangan semakin tegang saat aparat menutup rapat pagar besi DPRD. Beberapa kali massa mencoba mendorong, namun tidak mampu menembus pertahanan. Dari dalam gedung, tampak pasukan Brimob sudah siaga dengan perlengkapan lengkap, termasuk senjata gas air mata.
Situasi ini membuat banyak pihak khawatir aksi yang awalnya berjalan damai bisa berubah ricuh sewaktu-waktu, terutama karena massa mahasiswa masih terus berdatangan hingga sore hari.
Penutup
Perpecahan massa mahasiswa menjadi tiga komando ini menjadi catatan penting dalam Aksi 1 September 2025. Meski tujuan utama sama, dinamika di lapangan memperlihatkan betapa sulitnya menjaga konsistensi koordinasi di tengah ribuan mahasiswa dari berbagai kampus.