Aktivitas Ponton Batu Bara di Sungai Musi Bikin Nelayan Sulit Cari Ikan, Warga Keluhkan Polusi yang Sudah Lama Terjadi

PALEMBANG, Beritasriwijaya.com — Aktivitas pengangkutan batu bara di sepanjang Sungai Musi, Kota Palembang, kembali dikeluhkan warga bantaran sungai. Selain menyebabkan debu batu bara yang mencemari udara, nelayan juga menjerit karena hasil tangkapan ikan semakin menurun akibat aktivitas ponton yang melintas nyaris setiap hari.

Dari hasil penelusuran di lapangan, terdapat dua perusahaan yang sering menggunakan jalur Sungai Musi, yakni PT MAS dan PT Bukit Asam – Bukit Prima (PT BA–BP). Aktivitas mereka kini menjadi perhatian karena diduga berkontribusi terhadap pencemaran air dan udara di kawasan 36 Ilir hingga Karang Anyar.

Bacaan Lainnya

“Ponton Bikin Kami Sulit Cari Ikan”

Keluhan ini disampaikan oleh Hasbullah, Ketua RT sekaligus Ketua Kelompok Nelayan Kelurahan 36 Ilir dan Karang Anyar. Ia mengatakan, aktivitas ponton besar yang melintas di Sungai Musi telah mengganggu ekosistem air dan merusak habitat ikan.

“Ponton-ponton batu bara itu membuat kami sulit mencari ikan. Air jadi keruh, dasar sungai hitam, dan ikan banyak yang pindah ke hulu,” ujar Hasbullah saat ditemui di tepi Sungai Musi, Sabtu (1/11).

Debu Batu Bara Sudah Lama Terjadi

Hasbullah juga mengungkapkan bahwa polusi debu batu bara bukan hal baru bagi warga bantaran Sungai Musi. Ia menyebut, sejak bertahun-tahun lalu, rumah-rumah warga di sekitar dermaga dan jalur tongkang sudah tertutup lapisan debu hitam setiap hari.

“Debu ini sudah terjadi dari dulu. Kalau pagi, kaca rumah sampai hitam. Kami tiap hari bersih-bersih, tapi tetap saja kotor lagi,” keluhnya.

Sementara itu, di area pelabuhan batu bara, sejumlah pekerja terlihat tidak mengenakan alat pelindung diri (APD) saat bongkar muat berlangsung, menimbulkan kekhawatiran soal keselamatan kerja.

Warga Harap Pemerintah dan Perusahaan Turun Tangan

Hasbullah dan warga berharap pemerintah serta pihak perusahaan segera mengambil langkah nyata untuk menanggulangi dampak lingkungan yang semakin terasa. Mereka mendesak adanya pengawasan lebih ketat terhadap jalur ponton, pemulihan ekosistem Sungai Musi, serta kompensasi bagi masyarakat terdampak.

“Kami bukan menolak tambang atau industri, tapi jangan sampai warga kecil jadi korban. Sungai ini sumber hidup kami,” tegas Hasbullah. (ydp)

Pos terkait